Home Berita Terkini

Hari Ketahanan Pariwisata Global ke-2 Tahun 2024, Tourism Resilience, Nationalisme and Competency

by isvaranews.com - 17 Februari 2024, 14:22 WIB 95 times read

Oleh:
Febby Dt Bangso, Sst.Par M.Par
(Kandidat Doktor Ketahanan Pariwisata, Institut Pariwisata Trisakti)

ISVARANEWS.COM - Hari Ketahanan Pariwisata Global yang ke-2, pada hari ini dirayakan di Montego Bay. Perayaan yang berlangsung tanggal 16 - 17 Februari 2024 mungkin belum begitu familiar bagi pelaku dan industri pariwisata di Indonesia. padahal ketahanan menjadi tonggak penting pembangunan pariwisata pada era sekarang ini.

Sejarah hari Hari Ketahanan Pariwisata Sedunia:

Majelis Umum PBB menekankan perlunya negara-negara anggota untuk meratifikasi Hari Ketahanan Pariwisata Global melalui Resolusi A/RES/77/269, 06 Februari 2023.
Hari ketahanan pariwisata global ditetapkan pada tanggal 17 Februari oleh PBB.

Peringatan ini bertujuan untuk menekankan perlunya mendorong pembangunan pariwisata yang berketahanan. Konsep keberlanjutan dimaksud adalah bagaimana pariwisata dapat menghadapi guncangan, dengan mempertimbangkan kerentanan terhadap keadaan darurat.

Outcome utama yang diharapkan adalah mengupayakan negara-negara anggota untuk mengembangkan strategi nasional dalam rehabilitasi setelah terjadinya gangguan. Negara anggota juga didorong untuk merancang berbagai kerja sama swasta-publik serta diversifikasi kegiatan dan produk ketahanan pariwisata.

Ketahanan Pariwisata didefinisikan sebagai kemampuan industri untuk secara konsisten menghadapi bencana dan krisis. Ketahanan pariwisata dirancang agar menjaga stabilitas sekaligus memastikan fleksibilitas dan keragaman yang diperlukan untuk inovasi dan pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Pendemi Covid-19 telah menghancurkan pariwisata dunia secara signifikan, proses pemulihan harus terus dilakukan dan yang paling penting adalah menyusun rencana mitigasi. Ancaman krisis pada sektor pariwisata ke depannya masih sangat banyak misalnya saja perubahan iklim dan perang, untuk itu ketahanan pariwisata memegang peranan penting.

Ketahanan pariwisata dibangun dari kemampuan adaptasi dari segala macam kondisi, termasuk upaya pemulihan disaat dan setelah ancaman muncul. Membangun pariwisata yang tangguh dan berketahanan, diperlukan sumber daya manusia di sektor pariwisata yang kompeten dan tersertifikasi. SDM ketahanan pariwisata yang berkompeten akan mampu membaca situasi dan dengan cepat menetapkan strategi menghadapi krisis.

Kompetensi mengacuh pada kecakapan atau kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan dalam bidang tertentu sesuai dengan jabatan yang dipegang. Pengertian lainnya mengenai kompetensi adalah keterampilan, sikap dasar, pengetahuan, serta nilai yang ada dalam diri seseorang tercermin dari kemampuan bertindak dan berpikir secara konsisten.

Oleh karena itu, kompetensi tidak hanya mengenai kemampuan ataupun pengetahuan yang dimiliki seseorang saja, tetapi kemauan untuk melakukan apa yang diketahui dan bisa menghasilkan manfaat.

Selain kompetensi, ketahanan pariwisata di Indonesia harus dimulai dengan mengedepankan rasa Nasionalisme. Semangat nasionalisme telah terbukti membangun bangsa Indonesia yang kuat dengan berbagai ancaman.

Dalam konteks sejarah, Bung Karno secara tegas mengubah istilah ‘tourisme’ menjadi ‘pariwisata,’ agar nasionalisme pariwisata bangsa dapat terbangun. Nasionalisme yang sama dapat digunakan pada ketahanan pariwisata terutama ketika menghadapi invasi budaya asing yang menggerus budaya dan karakter khas pariwisata Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah perjalanan wisatawan nasional (wisnas) selama 2023 mencapai 7,52 juta perjalanan. Jumlah ini meningkat 112,26% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 3,54 juta perjalanan.

Hal ini harus menjadi catatan, apakah destinasi pariwisata Indonesia kurang menarik, mahal atau kompetensi sumber daya pariwisata kita masih belum maksimal.

Sebagai contoh invasi budaya Korea telah mampu mengalihkan rencana kunjungan orang Indonesia terutama anak/remaja untuk memilih Korea sebagai destinasi utama. Korea membangun pariwisata secara serius bahkan badan inteligen bekerja masif untuk kepentingan pariwisata dan ekonomi.

Pemerintahan Korea secara masif membangun diplomasi gastronomi, bahkan sampai pada grassroot di Indonesia. Hasilnya saat ini perkembangan kuliner Indonesia dikuasai gerai makanan Korea bahkan di seluruh Indonesia mulai dari Aceh sampai Papua. Uniknya makanan-makanan yang berbahan baku asal Korea tersebut dapat disesuaikan dengan lidah orang Indonesia sehingga bisa dinikmati.

Invasi budaya ini dimulai dari industri hiburan seperti music K-pop dan drama Korea yang hilirnya adalah perawatan kulit dan kecantikan produk Korea. Selanjutnya cuplikan-cuplikan drama korea memuat objek wisata, sehingga menggugah orang Indonesia untuk berwisata ke Korea. Produk-produk Korea juga menjadi hilirnya, sehingga saat ini alat elektronik rumah tangga, handphone semuanya dapat dikuasai. Hal ini dibangun masif, terstruktur dan terintegrasi, dengan pemerintah sebagai mastermindnya.

Ketakutan utama adalah, apakah pemerintah Indonesia memperhatikan hal ini, atau justru menjadi bagian besar dari rencana nasional. Patut dicurigai, bahkan dalam pesta demokrasi 2024, warga korea , naturalisasi Chong Sung Kim juga ikut pemilu, apakah ada agenda khusus pemerintah korea mengedepankan orang nya yang mengerti dan faham pasar besar indonesia , bahkan bisa saja pendananaan kampanye nya di support perusahaan korea yang berkepentingan di indonesia

Pemerintah Indonesia apakah memang mengikuti alur ini, dimana janji kampanye nya kerjasama pendidikan di Korea, kemudian yang perlu diwaspadai apakah visa on arrival, serta golden visa menguntungkan negara lain.

Dalam konteks ancaman asing yang lebih luas, kejadian baru-baru ini di Bali, wisatawan asing dan bisnis kartel (jaringan narkoba) yang menembak wisatawan Turkie. Sementara kelakuan wisatawan Rusia dan Ukraina yang terus mengganggu kenyamanan Bali. Tentu hal ini akan menjadi preseden buruk bagi destinasi Indonesia berujung pada krisis reputasi. Framing destinasi Indonesia seakan digambarkan tidak aman, tidak nyaman sehingga wisatawan jadi enggan berkunjung.

Secara historis pariwisata Indonesia belum mencapai ketahanan, karena ‘ketidakpedulian’ pemerintah.

Oleh sebab itu membangun ketahanan pariwisata multi-ancaman (keamanan, budaya, bencana, dll) harus mendapatkan perhatian lebih. Sembari membangun strategi adaptasi yang kuat, pariwisata Indonesia juga potensi bangkit dan bertumbuh dengan pesat bila memiliki rencana ketahanan pariwisata yang ideal. Hal ini mengingat karakter khas pariwisata Indonesia dengan budaya yang beraneka ragam di dukung jumlah penduduk yang besar.

Idealnya pariwisata Indonesia dapat berimbang baik dari wisata dalam maupun luar negeri. Hal ini mampu dibangun bila adanya semangat nasionisme, rasa bangga merah putih, dan bhineka tunggal ika sebagai fondasi.

Selanjutnya Ketahanan pariwisata perlu dibangun melibatkan semua pihak yang dikelola secara masif, terstruktur dan terintegrasi oleh pemerintah.

Mari bersama menjadikan Pariwisata Indonesia yang tangguh, berketahanan, dan berkelanjutan!

Selamat Merayakan Hari Ketahanan Pariwisata Global ke-2, 17 Februari 2024. ***

Berita Nasional


Share :

Populer Minggu Ini