ISVARANEWS.COM - Gunung Marapi, yang terletak di Provinsi Sumatera Barat, telah mengalami peningkatan status dari level II (Waspada) menjadi level III (Siaga), seperti yang diumumkan oleh Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI pada Selasa, 9 Januari 2023, pukul 18.00 WIB.
Gunung Marapi, menunjukkan tanda-tanda potensi erupsi besar setelah sebelumnya mengalami serangkaian erupsi eksplosif sejak 7 Januari hingga 20 Februari 2023.
Meskipun erupsi sementara berhenti, data terbaru mengindikasikan bahwa aktivitas vulkanik masih tinggi.
Pada tanggal 3 Desember 2023, pukul 14:54 WIB, terjadi erupsi tanpa didahului oleh peningkatan gempa vulkanik yang signifikan. Hal ini menambah kekhawatiran, mengingat sebelumnya erupsi sering kali diawali oleh peningkatan aktivitas seismik.
Meskipun gempa Vulkanik Dalam (VA) hanya tercatat sebanyak 3 kali dari tanggal 16 November hingga 2 Desember 2023, data menunjukkan bahwa dorongan magma/fluida dari kedalaman masih berlangsung.
Kendati jumlah erupsi harian cenderung menurun, aktivitas gempa Low Frequency dan Vulkanik Dalam (VA) justru meningkat.
Ini mengindikasikan bahwa pasokan magma dari kedalaman masih berlanjut dan bahkan cenderung meningkat.
Data tiltmeter menunjukkan pola mendatar pada sumbu radial dan sedikit inflasi pada sumbu tangensial, menandakan kemungkinan adanya magma di dalam atau dasar kawah.
Perubahan signifikan juga terlihat dari tipe erupsi yang awalnya freatik menjadi magmatik. Indikasi kehadiran magma di dalam kawah teramati sejak terjadinya pancaran sinar api pada tanggal 6 Desember 2023.
Perubahan ini dapat meningkatkan potensi bahaya erupsi, dengan energi yang lebih tinggi dan jangkauan lontaran material pijar yang lebih jauh dari pusat erupsi.
Dengan kondisi ini, potensi bahaya Gunung Marapi dapat menjadi lebih luas. Jika pasokan magma terus berlangsung dan meningkat, erupsi dengan energi yang lebih besar dapat terjadi.
Ancaman lontaran material vulkanik berukuran batu (bom), lapili, atau pasir dapat menjangkau wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi. Sementara itu, abu erupsi dapat menyebar lebih luas tergantung pada arah dan kecepatan angin.
Tidak hanya itu, material erupsi yang terendap di puncak dan lereng Gunung Marapi dapat menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan, menimbulkan potensi bahaya banjir lahar di lembah atau aliran sungai di sekitar gunung.
Selain itu, gas-gas vulkanik beracun seperti CO2, CO, SO2, dan H2S dapat membahayakan area sekitar kawah dan puncak Gunung Marapi.
Masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap perkembangan situasi Gunung Marapi. Pemerintah setempat harus meningkatkan kesiapsiagaan dan menyusun rencana evakuasi yang matang.
Selain itu, informasi dan edukasi kepada masyarakat sekitar perlu ditingkatkan untuk memastikan keselamatan bersama.
Dengan meningkatnya aktivitas vulkanik dan indikasi potensi bahaya yang lebih besar, pemantauan terus intensif dilakukan oleh para ahli guna memberikan peringatan dini yang akurat. ***